ASAL MULA MASUKNYA ISLAM DI KOTA CIREBON
Kali ini aku akan menceritakan asal
muasal masuknya islam di kota Cirebon dan cerita dari sunan gunung jati, tetapi
saya akan menceritakanya ke dalam sebuah naskah drama.
sebelum itu aku akan cerita sedikit kenapa aku mempost naskah ini, karena agar aku teringat saat-saat sedang membuat naskah ini bersama teman-teman. kita bela-belain bikin ini di tengah-tengah orang-orang di acara penyuluhan tentang narkoba di sekolah kita, hahaha (aduh aib). karena kita ngedadak ngebuat naskah ini buat tampil besoknya, haha, meskipun ngedadak tapi sukses deh dramanya. thanks buat temen-temen deh yang terlibat yaitu Rikke Mardiani, Mia Rizxi Y. , Maria Mery M. dan ema saya Rokayah, dan tentunya aku juga.
mungkin ceritanya sedikit tidak nyambung tetapi saya mencoba menyambungkannya, hehe :D
silahkan disimak ceritanya. :)
Narator
: Alkisah seorang ulama besar dari
baghdad telah datang ke sebuah kerajaan, yaitu kerajaan padjadjaran bersama 20
orang muridnya. Ulama tersebut bernama Syehk Datuk Kahfi, beliau akan
menyiarkan agama islam di sana.
(Syekh
Datuk Kahfi sedang berdakwah dihadapan penduduk)
Narator
: suatu saat, ketika Syekh Datuk
Kahfi sedang berdakwah kepada murid-muridnya, sang pangeran Walangsungsang dan
putri Rara Santang tidak sengaja melihat Syekh Datuk kahfi yang sedang
berdakwah .
(pangeran
Walangsungsang dan putri Rara santang tidak sengaja lewat dan mendengarkan
cerita Syekh Datuk Kahfi)
Rara
santang : kakanda, apa yang sedang
dilakukan orang itu?.
Walangsungsang : entahlah, ayo kita pulang.
(merekapun
pergi)
Narator : pada suatu malam, pangeran Walangsungsang dan
adiknya Rara Santang mendapat mimpi yang sama, yaitu bertemu dengan seseorang
yang wajahnya sangat agung dan di penuhi oleh cahaya, dan caranya menerangkan
islam sangat mempesona. Dan mimpi itu terulang hingga 3 kai berturut-turut.
Walangsungsang : Adinda, aku bermimpi bertemu seseorang yang sangat
agung dia mengajarkan islam padaku.
Rara
santang : benarkah kakanda? Akupun
bermimpi sama sepertimu.
Walgsungsang : apa arti mimpi ini? Aku sangat ingin bertemu dengan
orang itu.
Rara santang : kakanda, bagaimana jika kita tanyakan pada orang
yang waktu itu kita lihat di pendopo.
Walangsungsang
: ayo, kita cari tahu.
Narator
: setelah mereka bermimpi seperti
itu, mereka ingin memperdalam ajaran agama islam pada Syekh Datuk Kahfi. Tetapi
saat mereka meminta ijin pada sang ayah yaitu prabu siliwangi, beliau menolak
keinginan mereka.
(pangeran
walangsungsang dan rara santang menghampiri sang raja)
Walangsungsang : ayahanda, ijinkan kami berguru pada Syekh Datuk
Kahfi.
Prabu
siliwangi : apa yang akan kalian
pelajari di sana?
Rara
santang : kami akan memperdalam
ajaran agama islam di sana.
Prabu
siliwangi : TIDAK! Aku tidak mengijinkan
kalian berguru padanya.
Rara
santang : tapi ayahanda kami.....
Prabu
siliwangi : jangan membantah
perkataanku, sudah kukatakan tidak.
Walangsungsang : baiklah ayahanda, maafkan kami.
(mereka
pergi meninggalkan Prabu siliwangi)
Narator : Prabu siliwangi tidak mengijinkan mereka berguru
pada Syekh Datuk Kahfi, tetapi mereka bersikukuh untuk tetap berguru pada Syekh Datuk Kahfi. Dan akhirnya merekapun
melarikan diri dari istana.
(pangeran
walangsungsang dan Rara santang sedang mengendap-ngedap kabur dari istana, dan
pergi menemui Syekh Datuk Kahfi)
Walangsungsang : permisi.
Syekh
Datuk Kahfi : ucapkanlah assalammualaikum,
jika kau bertamu ke rumah seseorang wahai anak muda.
Walangsungsang
dan rara santang : assalammualaikum
Syekh
Datuk Kahfi : waalaikumsalam, ada apa
kalian datang padaku?
Walangsungsang
: guru, ijinkan kami berguru padamu
Syekh
Datuk Kahfi : tentu, sebelum itu
kalian harus memenuhi sebuah syarat dariku.
Walangsungsang : syarat apakah yang akan guru berikan?
Syekh
Datuk Kahfi : bukalah bagian selatan
gunung jati, lalu buatlah pendukuhan di sana.
Walangsungsang : baiklah guru, kami akan penuhi perintahmu sekarang.
Syekh
Datuk Kahfi : tunggu, sebelumnya
kalian harus membacakan syahadat, sebagai tanda kalian adalah seorang muslim.
Ikuti ucapanku asyhaduallailahailallah wa asyhaduanna muhammadarosulullah.
Walangsungsang
dan rara santang :
asyhaduallailahailallah wa asyhaduanna muhammadarosulullah.
Syekh
Datuk Kahfi : kau rara santang,
pakailah ini dan tutup auratmu.
(Syekh
Datuk Kahfi memberikan selendang pada rara santang)
Narator
: pangeran walangsungsang adalah
seorang pemuda yang sakti. Tugas yang di berikan Syekh Datuk Kahfi dapat di selesaikannya hanya
dalam beberapa hari.
(pangeran
walangsungsang sedang membuat pendukuhan)
Narator
: setelah pendukuhan selesai di buat,
merekapun tinggal di sana, dan belajar agama islam di sana.
(Syekh
Datuk Kahfi sedang berdakwah di hadapan muridnya dan pangerang walangsungsang
serta rara santang)
Narator : cerita pun mulai tersebar dari mulut ke mulut,
setiap hari banyak berdatangan penduduk untuk berguru dan menetap di pendukuhan
yang pangeran dirikan.
(beberapa
penduduk datang kepada pangeran walangsungsang)
Penduduk
: pangeran ijinkanlah kami berguru
dan menetap disini.
Walangsungsang : baiklah, marilah kita belajar islam bersama.
Narator
: suatu ketika
Syekh Datuk Kahfi mengajak pangeran walangsungsang dan rara santang
berbicara.
Syekh
Datuk Kahfi : syarat sudah kalian
penuhi, untuk memperdalam agamamu. Kalian pergilah ke tanah suci di mekah.
Disana kalian akan bertemu dengan syekh bayanilah dan bergurulah padanya.
Walangsungsang : baik guru.
Narator
: sesampainya mereka di mekah mereka
bertemu dengan syekh bayanillah dan tinggal di sana.
Walangsungsang
: guru, kami adalah salah satu murid
Syekh Datuk Kahfi, kami di perintahkan oleh beliau untuk berguru padamu.
Syekh
bayanillah : baiklah, besok ikutlah
denganku untuk melaksanakan haji.
Narator : keesokan harinya merekapun melaksanakan ibadah haji
di mekah. Saat pangerang walangsngsang dan rara santang sedang melakukan tawaf,
mereka tidak sengaja bertemu dengan seorang raja mesir yaitu sultan syarif
abdullah.
(sultan
syarif abdulah sedang memandangi rara santang dari ke jauhan)
Sultan : ya allah, betapa cantiknya
wanita itu, dia sangat mirip dengan mendiang istriku.
Narator : sultan sangat terpesona oleh
kecantikan rara santang, lalu mendekatinya den berkenalan.
Sultan : assalammualaikum wr wb
walangsungsang dan rara santang :
waalaikum salam.
Sultan : perkenankanlah saya mengenalmu
wahai hawa, saya adalah sultan syarif abdullah, siapakah gerangan?
Rara santang : saya, rara santang dan
ini adalah kaka saya walangsungsang.
Narator : setelah melaksanakan haji,
sang raja segera mempersunting rara santang.
(rara santang dan sultan syarif abdullah
melaksanakan akad nikah)
Narator : pernikahan rara santang dan
sultan syarif abdullah dikaruniai 2 orang anak, yaitu syarif hidayatullah dan
adiknya syarif nurullah.
Tiga tahun berlalu, pangeran walangsungsang akhirnya
pulang kembali ke tanah padjadjaran.
Walangsungsang : ananda, sudah tiga
tahun kakanda tinggal di negri orang, saatnya kakanda pulang ke negri kita.
Rara santang : kakanda, maafkan ananda, karena ananda tidak bisa ikut
denganmu, ananda sudah mempunya keluarga disini, ananda harus memenuhi
kewajiban ananda sebagai seorang istri.
Narator : pangeranpun pulang kembali ke
pulau jawa, lalu mendirikan negri caruban larang yang sekarang disebut dengan kota Cirebon.
Beberapa bulan setelah kepergian pangerang walangsungsang,
di mesir sang raja meninggal dunia.
(sultan syarif abdullah (raja mesir) di makamkan)
Rara santang : (menangis)
Syarif hidayatullah : sudahlah ibunda,
iklaskan kepergian ayahanda.
Narator : tahta kerajaanpun di turunkan
kepada anak pertamanya yaitu syarif hidayatullah, tetapi tahta kerajaan di
berikan pada adiknya yaitu syarif nurullah.
Syarif hidayatullah : wahai para
pendudukku, kini sang raja telah tiada, dan kerajaan telah di berikan kepadaku,
tetapi tahta kerajaan ini akan aku berikan kepada adikku yaitu syarif nurullah.
Syarif nurullah : (kaget) tapi kakanda,
kenapa kau menyerahkan tahta ini padaku?
Syarif hidayatullah : maafkan aku, aku
belum siap dan aku akan kembali ke tanah leluhurku.
(penyerahan mahkota kepada syarif
nurullah)
Narator : akhirnya, syarif hidayatullah
pulang ketanah leluhurnya di pulau jawa bersama ibunya, yaitu rara santang.
Serta di dampingi oleh fatahilah, yang di perintahkan oleh sultan trenggana
untuk membantu penyebaran islam di sana.
(syarif hidayatullah, rara santang, dan
fatahilah berlayar menggunakan perahu dalam perjalanannya)
Setelah sampai di tanah padjadjaran, mereka kembali ke
pendukuhan carubang larang, kedatangan mereka di sambut gembira oleh pangerang
walangsungsang.
(mereka sampai ke pendukuhan)
Syarif hidayatullah : assalammualaikum
paman.
Walangsungsang : waalaikum salam.
Selamat datang di carubang larang keponakanku.
Syarif hidayatullah : terimakasih paman
sudah menerima kami disini.
Walangsungsang : jangan sungkan
keponakanku.
Narator : syarif hidayatullah sangat
senang tinggal disana, ia berguru pada syekh datuk kahfi.
Tahun demi tahun syarif hidayatullah berguru pada
syekh datuk kahfi, pengetahuan tentang ajaran islampun telah ia kuasai dengan
baik. Syekh datuk kahfi pun semakin tua, karna melihat syarif hidayatullah
begitu sangat pintar, syekh datuk kahfi pun memerintahkan syarif hidayatullah
untuk melanjutkan tugasnya untuk menyebarkan agama islam.
(syekh datuk kahfi memberi perintah pada
syarif hidayatullah)
syekh datuk kahfi : syarif hidayatullah,
gantikan aku untuk melanjutkan penyebaran islam, aku percaya padamu.
Syarif hidayatullah : baiklah guru.
(syarif hidayatullah berdakwah di
hadapan penduduk carubang larang)
Narator : syarif hidayatullah tiap hari
berdakwah menyebarkan ajaran agama islam, pendudukpun semakin hari semmakin
berdatangan untuk mendengarkan dakwah syarif hidayatullah. Sejak saat itulah
sayarif hidayatullah dipanggil dengan sebutan sunan gunung jati.
Terimakasih yang sudah melihat dan membaca ^_^